Minggu, 15 Januari 2017

Manajemen Perkantoran



PENGARUH TATA RUANG KANTOR TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR

Oleh:
Desy Ratnaningsih
155211038

PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI BISNIS

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2017

Abstrak

Tata ruang kantor (Office  layout) di setiap kantor-kantor perusahaan dan pemerintahan sebagian masih diabaikan. Padahal kegiatan penyelenggaraan tata usaha dikantor-kantor perusahaan dan pemerintah membutuhkan ruangan dan tata ruang yang baik yang didesain sesuai dengan syarat-syarat sebuah kantor modern. Ruangan kantor, mobiler, perabot dan peralatan kantor harus di tata, diatur dan ditempatkan pada tempat yang tepat, sehingga menimbulkan kepuasan dan kenyamanan beraktifitas bagi para pegawai, sekaligus memberikan kepuasan kepada warga masyarakat yang dilayani (customer). Penataan ruang dan tata letak perabot kantor merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perkantoran, karena hal tersebut merupakan salah satu unsur dari manajemen perkantoran. Tata ruang kantor yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi satuan organisasi/satuan kerja yang bersangkutan dalam  memproses dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor (office work). Tata ruang kantor yang baik juga akan membuat mekanisme kerja berjalan lancar, mempengaruhi produktivitas kerja baik secara positif maupun negatif dan memberikan efek pelayanan prima kepada para pelanggan (customer) yang dilayani. Tata ruang kantor yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kinerja pegawai itu sendiri sehingga setiap waktu yang dikeluarkan oleh para pegawai akan sangat bermanfaat dan memberikan hasil yang baik untuk perusahaan ataupun pemerintahan tempat pegawai tersebut bekerja.

Kata kunci: Office Layout, Customer, Produktivitas, Kinerja Pegawai.



Kerangka Dasar Teori
Istilah tata ruang kantor berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Office Layout atau sering disebut juga Layout. Tata ruang kantor adalah pengaturan perabotan, mesin, dan sebaginya di dalam ruangan yang tersedia. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tata ruang kantor, di antaranya: Menurut Ida Nuraida (2007 : 142), tata ruang kantor adalah pengaturan ruang kantor beserta alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan ruangan kantor yang tersedia untuk memberikan sarana bagi pegawai.
Berikutnya, menurut The Liang Gie (2007 : 186), tata ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari suatu ruang untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak.
Kemudian, Sedarmayanti (2009 : 125) menyebutkan bahwa tata ruang kantor adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman, leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efisiensi kerja.
Selanjutnya, menurut Quible dalam Sukoco (2009 : 189), tata ruang kantor (layout) adalah penggunaan ruang secara efektif, serta mampu memberikan kepuasan kepada pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, maupun memberikan kesan yang mendalam bagi pegawai.
Sedangkan menurut Littlefield dan Peterson dalam Sukoco (2009 : 189), tata ruang kantor merupakan penyusunan perabotan dan perlengkapan kantor pada luas lantai yang tersedia.
Dari berbagai macam definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tata ruang kantor adalah seni mengatur suatu ruangan beserta perabotan dan perlengkapan kantor agar luas lantai dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga menghasilkan iklim kerja yang nyaman bagi pegawai dan turut berpengaruh pada produktivitas dan kinerja pegawai.

Pendahuluan
Di jaman saat ini, seiring dengan merebaknya globalisasi, banyak bermunculan berbagai macam organisasi baik organisasi-organisasi swasta maupun pemerintah yang bergerak dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa di era kehidupan yang modern ini, manusia tidak dapat meninggalkan dan terlepas dari adanya organisasi sebagai sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hampir di setiap penjuru kehidupan, manusia tidak bisa keluar dari lingkup organisasi. Beragamnya organisasi yang berkembang tersebut merupakan bukti bahwa semakin modernnya kehidupan manusia maka akan semakin banyak pula kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kenyataan inilah yang mendorong manusia untuk memasuki dan menjadi anggota suatu organisasi, dimana di dalam organisasi inilah manusia akan bersosialisasi dengan orang lain demi mewujudkan tujuan hidupnya. Organisasi ini dapat berupa perusahaan pemerintah, swasta, komunitas maupun organisasi-organisasi lainnya.
Setiap organisasi yang menginginkan tujuannya tercapai dengan baik dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif apabila sasaran yang dicapai sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan program yang telah ditentukan. Sedangkan efisien jika segala sarana dan fasilitas kerja yang diperlukan bagi tercapainya tujuan relatif lebih kecil dibanding dengan besarnya hasil yang dicapai.
Salah satu upaya agar pekerjaan di dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan adalah dengan cara menjalankan setiap aktivitas organisasi dengan berlandaskan pada efisiensi, yakni keseimbangan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang dicapai. Dengan cara ini, diharapkan seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi dapat dimanfaatkan dan dipergunakan sebaik-baiknya. Efisiensi disini memiliki arti penghematan yaitu dalam penggunaan tenaga (jasmani), pikiran (otak), waktu, serta ruang dan benda termasu didalamnya uang dan harta kekayaan lainnya.
Adapun kantor merupakan tempat berpusatnya seluruh kegiatan pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Pengaturan tata ruang kantor yang sesuai asas dapat membuat pegawai menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan dapat membantu terciptanya suatu proses mekanisme dan mobilisasi kerja yang baik pula sehingga efisiensi kerja dapat terwujud dan tujuan organisasi mudah dicapai.
Tata ruang kantor sikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Hal ini diperkuat dengan implikasi hasil penelitian tentang tata ruang kantor dan efisiensi kerja (Nur Syamsiyah Widyaningrum, 2008) yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, menyatakan bahwa "Penataan ruang kantor yang baik akan dapat menciptakan suasana yang hangat serta komunikasi yang lancar dan efektif sebagai pegawai sehingga efisiensi kerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dapat tercapai".
Salah satu faktor yang dapat menciptakan efisiensi kerja pegawai adalah penyusunan tata ruang kantor yang baik. A.S. Moenir (1983:7) menyatakan bahwa “Kantor sebagai tempat untuk bekerja seseorang dengan menggunakan peralatan seperti mesin tulis, mesin hitung, pensil/pulpen dan alat tulis lain dan perlengkapan kerja seperti meja, kursi, lemari, telepon, meja gambar dan lain-lain”.
Dari penjelasan mengenai tata ruang kantor diatas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan kinerja para pegawai suatu organisasi secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh penataan ruang kerja.
Porras dan Robertson dalam Badri Munir Sukoco (2007:189) menyatakan “Pemilihan layout harus menjadi salah satu agenda dari pihak manajemen, karena akan mempengaruhi produktivitas sebuah organisasi".

Pembahasan
Produktivitas suatu perusahaan sangat berkaitan erat dengan kinerja karyawan, dimana kinerja karyawan sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan suatu perusahaan. Hal ini tidak lepas dari seberapa mampu perusahaan membuat kondisi kerja terutama tata ruang kantor ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja karyawan.
Tata ruang kantor atau (Office Layout) adalah salah satu penunjang sistem kerja yang menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam perkantoran. Di Indonesia, banyak sekali terdapat perkantoran dengan skala produktivitas yang besar, menengah maupun kecil dengan memiliki sistem tata ruang yang sangat bervariasi, dimana masing-masing sistem saling berhubungan dalam menunjang proses kerja. Perusahaan harus mampu memfasilitasi karyawannya agar kinerjanya sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan serta menciptakan karyawan yang produktif. Tata ruang kantor yang baik secara tidak langsung akan memberikan dampak positif terhadap kinerja dan produktivitas karyawan. Dengan hasil kinerja karyawan yang baik dan produktivitas karyawan yang tinggi maka akan memberikan kontribusi yang baik juga terhadap keberlangsungan kegiatan perusahaan dan kemajuan perusahaan kedepannya dari sisi produksi, organisasi maupun manajemennya.
Kondisi tata ruang kantor memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil kerja karyawan disuatu perusahaan yang nantinya akan memberikan dampak tersendiri pada perusahaan tersebut, seperti hal kenyamanan karyawan yang akan berpengaruh terhadap kinerjanya, ruangan yang nyaman dan kondusif untuk karyawan, waktu tempuh antar rantai pekerjaan yang efektif atau pun kondisi lingkungan disekitarnya. Kantor yang menyenangkan adalah tempat yang tidak akan membosankan dan dapat menambah gairah kerja terhadap pegawai dalam rangka mendukung peningkatan mutu kegiatan perkantoran dan tercapainya tujuan organisasi, maka secara tidak langsung suasana kantor sangat mendukung efektifitas kerja pegawai yang bekerja di kantor tersebut. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu menciptakan suasana kantor yang mendukung kelancaran pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya terutama pada perusahaan manufacture dimana banyaknya proses produksi yang bisa memberi dampak negatif terhadap staf kantor, dan salah satunya dengan melakukan penataan ruang kantor yang baik Hal ini dapat menjadi suatu permasalahan yang sulit dihindari apabila perusahaan tidak segera merubah sistem dan menjadikannya lebih baik lagi agar dapat menunjang kinerja karyawan. Tata ruang kantor yang baik dan efisien tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan hasil dari perencanan yang tepat dari seseorang atau tim yang bertanggungjawab dalam merancang ruang kantor yang mendukung untuk proses yang berjalan terus dan berkelanjutan mengikuti beragam kebutuhan dan tuntutan pekerjaan semua karyawan.

Bentuk Tata Ruang Kantor
Para ahli membagi tata ruang kantor secara garis besar kedalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1.        Konsep tata ruang kantor tertutup (private offices)
Konsep tata ruang kantor tertutup (private offices) yaitu tata ruang kantor dengan penempatan ruang kantor yang dipisah/dibagi ke dalam ruang-ruang kerja. Biasanya untuk pekerjaan dengan kerahasiaan yang tinggi (high confidential).
Keuntungannya: pegawai dapat berkonsentrasi dengan baik, kerahasiaan terjamin, menciptakan kewibawaan bagi pejabat, rasa bertanggung jawab terhadap ruangan dan pimpinan lebih tenang mengerjakan tugasnya karena tidak terganggu oleh pegawai.
Kerugian: komunikasi langsung antar karyawan tidak lancar, membutuhkan biaya pemeliharaan dan kebersihan ruangan yang lebih besar, pemakaian ruangan kurang fleksibel bila terjadi perubahan ruangan, serta sulit mengawasi pegawai karena terhalang oleh sekat. 
2.        Konsep tata ruang kantor terbuka (open-plan-offices)
Konsep tata ruang kantor terbuka (open-plan-offices) yaitu tata ruang kantor dengan ruangan yang besar dan ditempati beberapa pegawai tanpa dipisah.
Keuntungan: memudahkan dalam pengawasan, komunikasi antar pegawai lebih cepat, memperlancar arus pekerjaan dari satu meja ke meja lainnya tanpa harus mondar mandir, pengaturan cahaya, udara, warna dan dekorasi, dan memudahkan untuk melakukan perubahan atau renovasi ruangan dengan biaya yang tidak mahal.
Kerugian: timbul kegaduhan bagi pekerjaan yang rahasia kurang terjamin, tumpukan-tumpukan kertas dan peralatan kerja menimbulkan pemandangan yang kurang menarik dan ketenangan kerja pimpinan lebih terganggu dibanding dengan ruang tertutup.
 3.      Konsep tata ruang kantor berpanorama (landscape offices)
Konsep tata ruang kantor berpanorama (landscape offices) yaitu ruang kantor yang dihiasi dekorasi taman. Ruangan diupayakan agar memiliki pemandangan alam terbuka dan benar-benar merupakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan.
Keuntungan: pegawai merasa nyaman dan betak bekerja dalam ruangan yang demikian, ketegangan urat syaraf menjadi berkurang dan menambah udara segar karena siang hari tanaman mengeluarkan oksigen.
Kekurangan: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dekorasi yang demikian mahal dan menggunakan tenaga ahli.
 4.        Konsep tata ruang kantor bersekat/terpisah (cellular offices)
       Menurut (Mills dan Standingford, 1984), "Konsep tata ruang kantor bersekat/terpisah (cellular offices) yaitu tata ruang kantor yang diberi sekat-sekat dengan ukuran yang bervariatif untuk suatu bidang, bagian, subbagian atau seksi atau beberapa pegawai dengan ruang yang terpisah". Masih berkaitan dengan konsep tata ruang kantor diatas, apabila ditinjau dari ruang lingkup kantor, maka tata ruang kantor dapat dibedakan menjadi:
a. Tata ruang pribadi (private office)
b. Tata ruang antar bagian.

Pembahasan
Dilihat dari sudut pandang efektifitas keuangan, merancang tata ruang kantor adalah suatu hal yang sangat penting. Dalam membuat desain tata ruang kantor harus mempertimbangkan interrelasional tiga komponen berikut, yaitu: peralatan, alurkerja, dan para karyawan (Quible, 2001:54). Oleh karenanya, interrelasional ketiga komponen tersebut harus dipelajari dan dianalisis didalam proses perencanaan tata ruang kerja karyawan secara efisien. Di sisilain, kondisi ruang kerja yang menyenangkan dan tata letak perabot yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan kantor, dapat meningkatkan semangat kerja pegawai. Oleh karena itu tata ruang kantor disusun berdasarkan aliran pekerjaan kantor, sehingga perencanaan ruangan kantor dapat membantu para pekerja dalam meningkatkan produktifitas kerja. Selain itu pengaturan tata ruang kantor yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri bagi kantor dan bagi pegawai. Apalagi dengan pengaplikasian teknologi informasi(IT) sebagai salah satu ciri khas dari manajemen perkantoran modern, membuat kantor mau tidak mau harus mengikuti dan mengimplementasikan tata ruang kantor yang modern, karena penataan ruang merupakan salah satu dari syarat-syarat sebuah kantor modern. Tetapi, apakah penataan ruang kantor sebagai salah satu komponen dari manajemen perkantoran modern, sudah dilaksanakan secara penuh oleh kantor-kantor pemerintah, baik di pusat maupun didaerah.
Menurut George Terry dalam The Liang Gie, tata ruang kantor adalah the determination of space requirement and the detailed utilization of this space inorder to provide a practical arrangement of the physical factor sconsidered necessary for the execution of the office work within reasonable cost “yaitu penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dalam penggunaan ruang secara terperinci, untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak”.
Menurut The Liang Gie (2007:162), "Penyusunan tata ruang kantor harus berdasarkan aliran pekerjaan kantor, sehingga perencanaan ruangan kantor dapat membantu para pekerja dalam eningkatkan produktifitas". Apalagi pengaturan tata ruang kantor yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
  1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai, karena berjalan mondar-mandir yang sebetulnya tidak perlu.
  2. Mejamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
  3. Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya.
  4. Mencegah para pegawai dibagian lain terganggu oleh publik yang akan memenuhi suatu bagian tertentu.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penataan ruang kantor yang baik adalah penataan ruang, penyusunan mobiler kantor, mesinkantor, alat perlengkapan kantor serta perabot kantor pada tempat yang tepat, sesuai dengan aliran pekerjaan kantor agar pegawai dapat bekerja lebih baik, lebih nyaman, lebih leluasa dan bebas untuk bergerak, sehingga tercapai efesiensi kerja. 
Diantara tujuan penataan ruang itu adalah:
1.    Pekerjaan dikantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin,
2.    Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar,
3.    Kesehatan dan kepuasaan bekerja para pegawai dapat terpelihara,
4.    Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan,
5.    Seluruh ruang di pergunakan secara efesien untuk keperluan pekerjaan,
6.  Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi  tersebut,
7.    Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah di ubah.

Standar Ruang Kantor
Setiap kantor harus memiliki persyaratan lingkungan fisik yang harus diperhatikan dan diatur sebaik baiknya oleh setiap manajer perkantoran modern. Di tahun 1963, Inggris telah menetapkan Undang-Undang Perkantoran (The Office Act), yang di dalamnya antara lain memuat beberapa persyaratan atau standar yang harus dimiliki oleh setiap ruang kantor. Seharusnya pemerintah Indonesia memiliki peraturan yang serupa bahkan lebih rinci lagi, karena yang menghuni kantor setiap hari adalah pegawai-pegawai yang menjadi abdi bangsa dan abdi masyarakat, melebihi hunian hotelber bintang. Standar-standar kantor menurut The Office Act itu meliputi antara lain:
a.      Pemeliharaan kebersihan bangunan kantor, perlengkapan, dan perabotan harus dilakukan secara rutin dan terus menerus, sehingga tercipta kantor yang bersih.
b.        Luas ruang kantor tidak boleh dijejali dan sesak oleh pegawai. Standar yang diperuntukkan bagi setiap pegawai paling tidak seluas 40 square feet, atau setara dengan ukuran 3,7 m2 bagi setiap pegawai. Apabila dalam satu ruangan terdapat seorang kepala seksi dengan 4 (empat) pegawai, maka luas ruangan yang harus disiapkan hanya untuk pegawai adalah 3,7 m x5 pegawai =18,5 m2, belum termasuk ukuran untuk mobiler, perabot dan peralatan kantor lainnya.
c.       Suhu Udara. Dalam ruangan kantor perlu dipertahankan temperatur yang layak untuk sebuah ruang kerja minimum 16 derajat Celcius sampai 22 derajat Celcius. Dalam setiap ruang kerja perlu di upayakan secara permanen sirkulasi udara segar atau udara yang telah dibersihkan.
d.      Penerangan Cahaya. Dalam ruang kantor cahaya alami atau cahaya lampu yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan ruangan harus diupayakan sedemikian rupa dan perlengkapan penerangan lampu disetiap ruangan harus terawat dengan baik. Jangan sampai terjadi, ada bola lampu dibiarkan mati.
e.      Fasilitas kesehatan. Kamar kecil, toilet, dan sejenisnya harus disediakan untuk para petugas serta terpelihara kebersihannya.
f.         Fasilitas cuci dan ruang cuci muka/tangan dengan air hangat dan dingin berikut sabun dan handuk harus disediakan secara terus menerus.
g.      Air minum. Air bersih untuk keperluan minum pegawai harus disediakan melalui pipa air minum atau disediakan tempat air minum khusus.
h.        Tempat pakaian. Dalam kantor harus disediakan tempat (kapstok) untuk menggantungkan pakaian yang tidak dipakai pegawai sewaktu kerja serta fasilitas mesin untuk mengeringkan pakaian pegawai yang basah, karena salju atau karena hujan.
i.          Tempat duduk. Petugas harus disediakan tempat duduk untuk keperluan bekerja dengan sandaran kaki bila perlukan.
j.          Lantai, gang, dan tangga. Lantai harus dijaga agar tidak mudah orang tergelincir, tangga di beri pegangan untuk tangan, dan bagian–bagian yang terbuka di beri pagar.
k.       Mesin. Bagian mesin yang berbahaya harus diberi pelindung dan pegawai yang mengoperasikannya harus cukup terlatih.
l.       Beban berat. Petugas tidak boleh ditugaskan mengangkat, membawa atau memindahkan beban berat yang dapat mendatangkan kecelakaan.
m.    Pertolongan pertama pada kecelakaan. Dalam ruang kerja harus disediakan kotak/lemari obat untuk pertolongan pertama dan perlu disiapkan seorang pegawai atau perawat yang terlatih untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
n.       Penjagaan kebakaran. Alat pemadam kebakaran dan sarana untuk mengevakuasi pegawai dari bahaya kebakaran harus disediakan secara memadai termasuk lonceng (alarm) tanda bahaya kebakaran.
o.      Pemberitahuan kecelakaan. Kecelakaan dalam kantor yang menyebakan kematian atau absen petugas lebih dari 3 hari harus dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

Manfaat Tata Ruang Kantor
Tata ruang kantor yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan bagi organsasi yang bersangkutan dalam menyelesaikan pekerjaan. Tata ruang kantor yang baik juga memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:
  • Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena berjalan mondar-mandir yang sebenarnya tidak perlu.
  • Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
  • Memungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai tertentu dapat dipergunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya.
  • Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui suatu bagian tertentu.
 Dalam menyusun ruang untuk kerja perkantoran, ada beberapa tujuan yang perlu dicapai. Tujuan itu merupakan syarat-syarat yang hendaknya dipenuhi dalam setiap tata ruang kantor yang baik. Tujuan itu antara lain:
  • Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin.
  • Rangkaian aktivtas tata usaha dapat mengalir secara lancar.
  • Segenap ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan.
  • Kesehatan dan kepuasan bekerja para pegawai dapat terpelihara.
  • Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan.
  • Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi itu.
  • Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah diubah sewaktu-waktu diperlukan.

Asas Tata Ruang Kantor
Richard Muthler mengemukakan 6 asas mengenai pokok tata ruang pabrik yang terbaik. Walau asas diperuntukkan bagi tempat kerja yang tugasnya menghasilkan suatu barng, namun dengan penyesuaian seperlunya dapatlah beberapa diantaranya dijadikan dasar bagi tata ruang kantor. Menurut Muther dalam Sedarmayanti (2009 : 102), tata ruang kantor memiliki 4 (empat) asas pokok yang berguna bagi organisasi sebagai pedoman dalam penataan ruang kantor. Beberapa asas itu diantaranya ialah:
a.       Asas mengenai jarak terpendek
Dengan tidak mengabaikan hal-hal khusus, suatu tata ruang yang terbaik ialah yangmemungkinkan proses penyelesaian suatu pekerjaan menempuh jarak yang terpendek-pendeknya. Dalam hal ini garis lurus antara 2 titik adalah jarak yang terpendek. Dalam menyusun tempat kerja dan menetapkan alat-alat hendaknya asas ini dijalankan sejauh mungkin.
b.      Asas mengenai rangkaian kerja
Dengan tidak mngabaikan hal-hal khusus, tata ruang yang baik adalah yang menempatkan para pegaai dan alat-alat kantor menurut rangkaian yang sejalan dengan urut-urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. Asas ini merupakan bagian dari asas mengenai jarak yang terpendek. Menurut asas ini suatu pekerjaan harus senantiasa bergerak maju dari permulaan dikerjakan sampai selesai dikerjakan, tidak ada gerakan mundur atau menyilang. Hal ini berarti bahwa jalan yang ditempuh harus selalu berbentuk garis lurus. Yang terpenting ialah proses itu selalu mengarah maju ke depan menuju penyelesaian. Bentuknya dapat berupa garis bersiku atau lingkaran atau berbentuk huruf L atau huruf U.
c.       Asas mengenai penggunaan segenap ruang
Suatu tata ruang yang baik ialah yang mempergunakan sepenuhnya semua ruang yang ada. Ruang itu tidak hanya yang berupa luas lantai saaja (ruang datar). Melainkan juga ruang yang vertikal ke atas mapun ke bawah. Jadi tidak akan ada ruangan yang dibiarkan tidak terpakai.
d.      Asas mengenai perubahansusunan tempat kerja
Dengan tidak mngabaikan hal-hal khusus, suatu tata ruang yang terbaik ialah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak terlampau sukar atau tidaak memakan biaya yang sangat besar.

Menyiapkan Tata Ruang Kantor
            Seorang manajer yang mengatur tata ruang kantor harus membuat model hasil analisis dan rekomendasi perancangan ruang kantor. Model yang telah dibuat dapat dikomunikasikan kepada pegawai yang akan menggunakan, apakah desain kantor baru tersebut dapat diterima oleh pegawai yang dimaksud dan saran apa yang dapat diakomodasikan dalam perancangan ruang kantor tersebut. Hal ini sesuai dengan saran Brydone (2002), bahwa perancangan ruang kantor baru harus mendapatkan tanggapan yang positif dari pegawai yang akan menempati ruangan tersebut. Langkah pertama adalah melakukan penskalaan dan letak setiap peralatan serta furniture yang menggunakan skala yang sama. Ada beberapa alat yang bisa digunakan:
  • Templates. Terdiri atas versi skala kecil dari frniture dan peralatan kantor yang biasanya terbuat dari plastic atau kertas.
  • Cutouts. Terbuat dari kertas maupun plastic yang dilekatkan, juga merupakan versi skala kecil furniture dan peralatan kantor.
  • Plastic Models. Versi kecil dari furniture dan peralatan kantor yang berupa model tiga dimensi yang diletakkan di lantai perencanaan.
  • Magnetic Board. Yang terdiri dari model yang bermagnet dan biasa dilekatkan di papan perencanaan.
  • Computer Aided Desai (CAD). Penggunaan program computer (CAD) dalam membuat layout kantor yang memungkinkan tampilan tiga dimensi kantor. CAD semakin memudahkan diskusi yang dilakukan antara desainer, kontraktor, dan manajer kantor yang melakukan perencanaan dan pembangunan kantor perusahaan. Kita juga bisa membuat kantor secara virtual dengan bantuan game computer, misalnya Simulations dengan gambar.

Pada dasarnya, dalam merencanakan tata ruang kantor hendaknya memperhatikan hubungan satuan yang melaksanakan tata usaha itu dengan satuan-satuan lainnya serta sifat pekerjaan itu sendiri. Hal-hal tersebut diperlukan untuk menentukan letak yang tepat bagi satuan kerja dalam suatu kantor. Untuk menentukan letak yang tepat bagi satuan itu ada beberapa pedoman sebagai berikut:
1)     Satuan-satuan yang tugas pekerjaannya memang khusus melayani publik hendaknya ditaruh di tempat yang mudah didatangi orang-orang luar tanpa mengganggu satuan-satuan lainnya. Tempat yang mudah didatangi itu biasanya di ruang terdepan gedung yang bersangkutan. Apabila tidak memungkinkan, maka dapat dibuat alternatif dengan membuatkan papan petunjuk yang akan membawa publik ke bagian itu. Hal itu akan mengurangi gangguan publik terhadap pegawai-pegawai lain yang sering-sering harus memberi petunjuk.
2)    Satuan-satuan yang pekerjaannya berhubungan erat satu sama lain hendaknya dikelompokkan pada satu tempat. Pada gedung yang bertingkat-tingkat, penempatan pada lantai yang sama harus dilakukan. Dengan demikian kelancaran pekerjaan dan jarak terpendek dapat terjamin. Bagi publik keuntungan yang dapat diambil yaitu mereka tidak perlu mondar-mandir atau naik-turun tangga jika harus pergi dari satu bagian ke bagian lain.
3)   Satuan pusat yang mengerjakan semua kerja ketatausahaan dari organisasi itu hendaknya diberi tempat di tengah-tengah sehingga satuan-satuan lain mudah menghubunginya.
4)      Satuan yang pekerjaannya bersifat sangat gaduh hendaknya dijauhkan dari satuan-satuan lainnya.

Teknik Tata Ruang Kantor
Agar tercipta kenyamanan pegawai dan keindahan serta kerapian kantor, teknik yang dapat digunakan untuk mencapai tata ruang kantor yang terbaik adalah sebagai berikut:
  • Meja-meja kerja disusun menurut garis lurus dan menghadap ke jurusan yang sama. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan pegawai yang sering ngobrol.
  • Pada tata ruang terbuka, susunan meja-meja dapat terdiri atas beberapa baris.
  • Diantara baris-baris meja itu disediakan loprong untuk keperluan lalu lintas para pegawai. Sebaiknya di tengah ruangan terdapat sebuah lorong utama yang lebarnya 120 cm. Lorong-lorong lainnya cukup selebar 80 cm. Lebar 120 cm itu dibuat berdasar4kana perhitungan bahwa lebar badan seseorang yang normal kira-kira 60 cm sehingga lorong tersebut dapat dijalani 2 orang tanpa bersinggungan waktu berpapasan, sedang perhitungan lorong yang 80 cm didasarkan pada tebal tubuh seseorang yang rata-rata 40 cm. Dengan demikian kalau lorong itu dipakai untuk berpapasan 2 orang, masing-masing dapat lewat dengan memiringkan dirinya.
  • Jarak antara sesuatu meja dengan meja yang dimuka atau di belakangnya (ruang untuk duduk pegawai) selebar 80 cm. Berdasarkan jarak ini, maka bagi setiap pegawai yang memakai meja ukuran 70 x 120 cm hendaknya disediakan; luas lantai sekitar 3½ m2. jadi ruang seluas 5 x 5 m (25 m2) dapat dipakai oleh maksimum l7 pegawai.
  • Pejabat pimpinan bagian yang bersangkuatan ditempatkan di belakang para pegawainya. Di satu pihak ini akan memudahkan pengawasan, di pihak lain akan mencegah para pegawai mengangkat kepala untuk melihat siapa yang menemui pejabat pimpinan.
  • Pada tata ruang terbuka dimana banyak orang bekerja, apabila pegawai-pegawai dikelompokkan dibawah pengawasan seseorang pejabat mereka ditempatkan di dekat msing-msing pejabat yang bertangggung jawab atas kelompok itu.
  • Pegawai-pegawai yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lembut, misalnya mencatat angka-angka kecil secara cermat atau melukis gambar-gambar yang halus, diberi tempat yang terbanyak memperoleh penerangan cahaya, demi kesehatan mata dan kesempurnaan hasil kerja.
  • Pegawai-pegawai yang bertugas mengenai urusan-urusan yang mengandung resiko besar, ditempatkan di pojok yang tidak sering dilalui lalu lintas orang-orang. Kalau perlu dapat dibuatkan pedengan dari kaca. Pegawai-pegawai yang bertugas demikian itu misalnya para kasir. Dengan demikian terjaminlah keamanan uang yang berada di bawah tanggungjawabnya.
  • Pegawai-pegawai yang sering membuat hubungan kerja dengan bagin-bagian lainnya atau denga publik, ditempatkan di dekat pintu. Dengan demikian orang-orang yang harus menghubunginya tidak mondar-mandir melewati meja-meja dan mengganngu pegawai-pegawai lainnya.
  • Lemari dan alat-alat perlengkapan lainnya di taruh di dekat pegawai-pegawawi yang paling sering menggunakan benda-benda itu.
  • Alat-alat kantor yang menimbulkan suara ribut, misalnya mesin stensil, ditaruh di dekat jendela, sehingga gema suaranya sebagian besar dapat langsung terbuang keluar ruangan.
  • Meja yang memuat alat-alat yang banyak memberikan getaran, misalnya mesin hitung, tidak boleh menempel tembok atau tiang. Ini untuk mencegah getaran mengganggu seluruh ruangan.
  • Lemari yang berat atau peti besi dapat diletakkan menempel tembok atau tiang sehingga mendapat peyangga untuk menambah kekuatannya.
  • Bagi pejabat pimpinan yang sering harus menerima tamu penting dan membicarakn urusan-urusan yang bersifat rahasia, dapatlah dibuat kamar tamu tersendiri. Tetapi apabila tiap-tiap pejabat pimpinan membutuhkan kamar tersendari untuk keperluan berunding, agar dapat menghemat ruang dan alat perabotan sebaiknya dibuatkan saja 1 kamar konferensi. Kamar ini dapat dipergunakan oleh semua pejabat untuk keperluan berunding di atas itu. Kamar ini dapat sekalilgus dipergunakan sebagai ruang rapat anatar pimpinan kepal denga para pejabat penting dalam organisasinya.
  • Apabila seseorang kepala atau tenaga ahli karena sifat pekerjaannya benar-benar membutuhkan ruang tersendiri, dapatlah dibuatkan kantor pribadi berukuran 2,5 x 3,6 m (9 m2).


 Produktivitas Kerja
Hasibuan (2003 : 105) menyebutkan bahwa "Produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input, dimana output harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik".
Berikutnya, Tjutju Yuniarsih (2009 : 156) mengemukakan bahwa "Produktivitas kerja dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Dalam hal ini, semakin tinggi produksi yang dihasilkan dalam waktu yang semakin singkat, maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya mempunyai nilai yang tinggi, dan begitu pula sebaliknya".
Kemudian, Nawawi (2009 : 157) mengemukakan bahwa "Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber daya yang dipergunakan sebagai masukan (input)".
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seorang pegawai dalam berproduksi atau melakukan produksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang pegawai dapat dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan secara tepat dan dalam waktu yang cepat sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Pengukuran Produktivitas Kerja
Menurut Henry Simamora (2004 : 612), indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu.

  1. Kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai/pekerja dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau telah ditetapkan oleh lembaga/perusahaan.
  2. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh pegawai/pekerja, dalam hal ini merupakan suatu kemampuan pegawai/pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga/perusahaan.
  3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas yang diselesaikan pada awal waktu yang telah ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output, serta mampu memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi pegawai/pekerja terhadap suatu aktivitas yang disediakan di awal waktu sampai menjadi output.

Pegawai
Soedaryono (2000 : 6) dalam bukunya yang berjudul “Tata Laksana Kantor”, menyebutkan bahwa pengertian pegawai adalah “Seseorang yang melakukan penghidupannya dengan bekerja dalam kesatuan organisasi, baik kesatuan kerja pemerintah maupun kesatuan kerja swasta”.
Berikutnya, menurut Wijaya (2002 : 15), istilah pegawai mengandung beberapa pengertian sebagai berikut:
1.  Menjadi anggota suatu kerjasama (organisasi) dengan maksud memperoleh balas jasa/imbalan kompensasi atas jasa yang telah diberikan.
2.    Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas/pamrih.
3.    Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pihak pemberi kerja.
4.    Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melalui proses penerimaan.
5.   Dan akan menghadapi masa pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja).

Kemudian, menurut Robbins (2006), dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Organisasi”, pengertian pegawai adalah “Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau tidak, berdasarkan kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh pemberi kerja”.
Berdasarkan definisi-definisi para ahli sebagaimana tersebut di atas mengenai pegawai, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pegawai adalah seseorang yang bekerja dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari organisasi tempat pegawai bekerja, baik itu di lingkup organisasi, pemerintah maupun swasta, berdasarkan kesepakatan kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan, posisi atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh pemberi kerja. Apabila organisasi (perusahaan swasta atau pemerintah) tersebut merupakan suatu wadah, maka pegawai tersebut adalah alat yang menggerakkan segala kegiatan di organisasi (perusahaan swasta atau pemerintah) tersebut agar segala kegiatan di organisasi atau perusahaan atau pemerintah tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya guna mencapai tujuan yang diinginkan yang telah disepakati bersama antara pihak organisasi (perusahaan swasta atau pemerintah) dengan pegawai yang bekerja di organisasi tersebut.


Kinerja Karyawan
Kata kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Definisi kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusriyanto (1991 : 3) adalah: “Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya per jam)”.
Faustino Cardosa Gomes (1995: 195) mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai berikut: “Ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya, definisi kinerja karyawan menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunergara (2000: 67) bahwa “Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) yang merumuskan bahwa:
Human Performance : Ability x Motivation
Motivation : Attitude x Situation
Ability : Knowledge x Skill

Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:16-17) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki suatu integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fsiknya (jasmani). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan sebuah modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mengunakan dengan baik potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang dan berpengaruh bagi individu dalam mencapai prestasi kerjanya. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain adalah uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun, jika factor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya ia tetap dapat berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Indikator kinerja karyawan
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator (Robbins, 2006:260), yaitu:
Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

Pengukuran Kinerja Karyawan
Ada beberapa pengukuran kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 134) adalah sebagai berikut:
  1. Quantity of work: yaitu sumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan.
  2. Quality of work: kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
  3. Job Knowledge: Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
  4. Creativeness: Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul atau ada.
  5. Cooperation: Kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
  6. Dependability: Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja tepat pada waktunya.
  7. Initiative: Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.
  8. Personal Qualities: Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi.
Jika ukuran dalam pencapaian kinerja sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya dalam mengukur kinerja adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan membandingkan hasil ini dengan standar yang telah dibuat oleh periode waktu yang bersangkutan, akan didapatkan tingkat kinerja dari seorang pegawai. Secara ringkasnya dapatlah dikatakan bahwa pengukuran tentang kinerja pegawai tergantung kepada jenis pekerjaanya dan tujuan dari organisasi yang bersangkutan.

Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja dapat berupa lingkungan fisik maupun non fisik. Lingkungan Fisik perusahaan meliputi kedaaan penerangan, keadaan sirkulasi udara dan Tata Ruang. Sedangkan lingkungan non fisik meliputi suasana kerja, keamanan dan lain-lain. Dengan lingkungan kerja yang baik dapat membuat karyawan merasa nyaman dan betah dalam bekerja,sehingga mendorong karyawan bersemangat dalam melakukan pekerjaan sehari-hari terutama di perusahaan manufacture yang dimana ada proses produksi yang membutukan alat-alat atau mesin-mesin berat yang secara tidak langsung dapat mengganggu staf kantor. Begitu juga sebaliknya lingkungan kerja yang tidak layak dan tidak sesuai dapat mengganggu karyawan dalam bekerja seperti dekat dengan kebisingan mesin dan resiko produksi lainnya yang dekat dengan tata ruang kantor juga termasuk didalam lingkungan kerja. Tata ruang yang baik mendukung suatu metode untuk membenahi dan menyusun alat-alat perkantoran dan perlengkapan didalam ruangan yang bertujuan untuk memberikan sarana bagi karyawan.
Tata ruang kantor merupakan suatu segi yang paling dekat dengan pelaksanaan kerja karyawan sehari-hari. Adanya lingkungan kerja yang nyaman, khususnya tata ruang kantor yang baikakan memberikan dorongan kepada karyawan untuk bekerja sungguh-sungguh sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan untuk lebih berprestasi terhadap pencapaian tujuan. Ruang kerja yang jauh dari kebisingan sangat penting agar konsentrasi karyawan terjaga dan jauh dari resiko produksi pun sangat penting karena didalam kantor terdapat arsip-arsip kantor yang sangat penting tentang kegiatan perusahaan maka dari itu jauh dari ruang produkis umtuk meminimalkan resiko sangat penting. Terlebih dari tata letak kantor yang harus nyaman karena perusahaan manufacture terdapat banyak mesin akan memungkinkan untuk timbul udara atau siklus yang tidak baik maka dari itu ruangan perlu ditata selain dari segi polusi suara juga dari segi segi siklus udara. Letak kantor pun harus strategis agar bisa dijangkau oleh semua pihak.
Selain perencanaan suara dan siklus udara, tata letak kantor pun perlu dibuat semenarik mungkin agar pegawai nyaman dan dapat meningkatkan kinerjanya. Letak ruangan manajer pun harus dekat atau strategis dari para staf agar dapat mengawasi secara leluasa dan lebih mudah.

Kesimpulan
Tata letak kantor yang disusun dan direncanakan dengan baik secara tidak langsung berdampak positif terhadap produktivitas dan kinerja karyawan. Perusahaan swasta, pemerintahan maupun suatu organisasi dalam menyusun tata ruang kantor harus memperhatikan jenis pekerjaan, jumlah karyawan, arus kerja, kebutuhan setiap karyawan dan tata ruang kantor tersebut karena hal itu merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan berkelanjutan serta saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga produktivitas dan kinerja dapat maksimal jika mempertimbangkan keseluruhan hal tersebut.
Lingkungan kerja yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap psikologis karyawan sehingga karyawan dapat meningkatkan kinerjanya dan berprestasi dalam melakukan pekerjaannya. Disadari ataupun tidak, produktivitas dan kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh hal-hal kecil yang biasanya tidak terlihat dan tidak terlalu dipentingkan oleh suatu perusahaan swasta, pemerintah maupun organisasi, contoh hal kecil tersebut adalah penataan ruang kantor. Padahal hal-hal kecil semacam itu memiliki dampak yang besar untuk keberlanjutan perusahaan swasta, pemerintah maupun organisasi tersebut.

Saran
Perusahan (pemerintahan, swasta ataupun organisasi) perlu mempertimbangkan kenyamanan para pegawai, perusahaan harus membuat perencanaan dan mengatur sistem tata ruang kantor yang sebaik mungkin agar karyawan dapat meningkatkan kinerjanya, dengan kinerja karyawan yang baik dan positif ini dapat mendukung keberlangsungan kegiatan perusahaan kearah positif dan memberikan kebermanfaatan yang maksimal.
Perusahaan juga perlu mempertimbangkan berbagai resiko yang akan didapat pegawai jika tidak menata ruang kantor dengan baik, serta perusahaan harus membuat karyawan senyaman mungkin didalam ruangan dengan dukungan fasilitas yang menunjang, tata ruangan yang menyenangkan sehingga karyawan akan merasa lebih aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya serta meningkatkan produktivitasnya setiap waktu sesuai dengan target yang ditentukan tanpa membuat pegawai merasa tertekan melainkan melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan penuh dengan tanggung jawab.

 
Daftar Pustaka

Hameed, Amina. 2009. Jurnal “Impact of Office Design on Employees”. Productivity: A Case study of Banking.
Chaniago, Harmon. 2013. Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung : CV Akbar Limas Perkasa.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT Refika Aditama.
Moekijat. 2002. Tata Laksana Kantor Manajemen Perkantoran. Bandung : CV. Mandar Maju.
Gie, The Liang. 2007. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Modern Liberty.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Kusriyanto. 2000. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Jakarta: LPPM.
Nawawi, Hadari. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nuraida, Ida. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
Prabu Mangkunegara, Anwar. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sedarmayanti. 2009. Tata Kerja & Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Sinungan. 2008. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukoco. 2009. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya: Erlangga.
Asnar, Zaid Habibie. 2013. Pengaruh Tata Ruang Kantor terhadap Produktivitas Kerja Pegawai. Samarinda: UNMUL.
Suryapringga, Yoga. 2015. Pegaruh Tata Ruang Kantor terhadap kinerja karyawan. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Yuniarsih, Tjutju. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Alfabeta.

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar